Apresiasi Perangkat Daerah yang Berhasil Kelola Data Statistik Sektoral

 

 

Umbulharjo - Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian (Dinkominfosan) Kota Yogyakarta memberikan penghargaan kepada perangkat daerah yang menunjukkan kinerja terbaik dalam pengelolaan data statistik sektoral. Penghargaan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah kota untuk mendorong tata kelola data yang lebih baik dan memenuhi prinsip-prinsip tata kelola statistik yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

 

Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Dinkominfosan Kota Yogyakarta, Ignatius Trihastono di Kantor Dinkominfosan Kota Yogya, Senin (30/12). Peringkat pertama diraih oleh Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), diikuti oleh Dinkominfosan sendiri diperingkat kedua, dan Dinas Kesehatan di peringkat ketiga.

 

Ignatius Trihastono menegaskan bahwa penyerahan penghargaan ini adalah bentuk komitmen pemerintah kota untuk menjadikan pengelolaan data sebagai pilar penting reformasi birokrasi. Menurutnya, keberhasilan dalam tata kelola statistik sektoral adalah indikator penting dalam mewujudkan pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan berbasis bukti.

 

“Penghargaan ini menunjukkan bahwa kita sudah berada pada jalur yang benar. Meski masih dalam konteks standar, kita mulai berinovasi dalam cara mengelola aktivitas terkait pendataan, survei, dan data agar memenuhi kaidah normatif,” ungkapnya.

 

Penyerahan hadiah kepada pemeneng

 

Trihastono menceritakan bahwa dua tahun lalu masih ada perangkat daerah yang menyatakan tidak memiliki data karena tidak melakukan kegiatan pendataan. “Hal ini menjadi tantangan bagi kita semua. Data tidak hanya dihasilkan dari kegiatan pendataan formal, tetapi juga bisa berasal dari output kegiatan rutin perangkat daerah,” tambahnya.

 

Pihaknya memberikan contoh bagaimana data dapat dihasilkan dari output kegiatan perangkat daerah. DPMPTSP, misalnya, menghasilkan data dari layanan persetujuan bangunan, izin reklame, dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Data yang dihasilkan dari layanan ini tidak hanya penting sebagai catatan administrasi tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk analisis lebih lanjut.

 

Namun, Trihastono juga menekankan bahwa data yang dihasilkan harus memenuhi prinsip tata kelola statistik yang baik. Salah satu indikator pentingnya adalah proses produksi data yang mendapatkan rekomendasi dari BPS. Jika proses ini belum dilakukan, maka data tersebut dianggap belum memenuhi prinsip tata kelola statistik sektoral.

 

Sebagai bagian dari strategi peningkatan kualitas data, Dinkominfosan akan membuka pelatihan berbasis klaster untuk perangkat daerah. Pelatihan ini dirancang khusus untuk perangkat daerah yang memiliki data kompleks. Selain itu, Dinkominfosan juga mendorong perangkat daerah untuk mulai menyusun data tunggal yang dapat dikompilasi dari berbagai sumber. 

 

Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian menyerahkan hadiah kepada pemenang penilaian tingkat kematangan statistik perangkat daerah Pemerintah Kota Yogyakarta

 

“Kami ingin mengajak perangkat daerah lainnya untuk memprofiling dan mengkonstruksikan data sektoral menjadi lebih terstruktur dan siap digunakan. Misalnya, data stunting dapat dikorelasikan dengan status sosial ekonomi, usia kandungan saat lahir, dan kondisi kesehatan lainnya untuk menciptakan data analitik yang lebih bermanfaat,” jelas Trihastono.

 

Menurutnya, banyak data yang sebenarnya sudah tersedia tetapi belum dikelola dengan baik sehingga tidak siap untuk analisis atau pengambilan keputusan. Melalui penghargaan ini diharapkan perangkat daerah di Kota Yogyakarta semakin memahami pentingnya data sebagai aset strategis. 

 

Sekretaris DPMPTSP Kota Yogya, Surati Rini Widarti mengakui bahwa kematangan data statistik sektoral merupakan hal yang baru baginya. Pihaknya mengungkapkan kegiatan ini menjadi awal proses pembuatan data yang lebih matang matang.

 

“Kami memiliki banyak data dan sebenarnya banyak permintaan data. Kegiatan ini seperti pencerahan bagi kami karna permintaan data juga banyak namun sering takut memberikan data karena salah persepsi yang mungkin beda pengambilan datanya. Setelah data-data yang dimatangkan, data ini bisa siap digunakan dan data ini akan sama,” katanya. (Chi)