Data Adalah 'Minyak' Baru di Era Digital
Gedongtengen - Apa yang terlintas di benak anda mendengar ‘data analytics’? Hal-hal rumit berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan mungkin? Co-Founder Narasio Data, Farida dalam Focus Group Discussion (FGD) Pengelolaan Layanan Pemerintahan Berbasis Smart City dan Google Cloud & Elitery Day yang dilaksanakan di éL Hotel Yogyakarta-Malioboro, Selasa (15/9) menceritakan salah satu contoh data analytics dengan cukup sederhana. Ia mengisahkan proses seorang laki-laki yang berhasil meminang seorang perempuan dengan memanfaatkan analisis data yang diambil dari pesan Whatsapp.
“Data di Whatsapp itu bisa kita ambil lho, bapak ibu. Data tersebut kemudian diolah oleh laki-laki tersebut, mulai dari jam berapa pasangannya memberikan fast respons dalam menjawab chat, berapa jumlah pesan/ intensitas chat di Whatsapp. Laki-laki tersebut dapat memprediksi waktu yang paling tepat untuk mengirimkan pesan Whatsapp pada pasangannya”, terang Farida dalam kegiatan yang digelar oleh Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) berkolaborasi dengan Google Cloud, Elitery, dan Narasio Data.
Analisis data yang dilakukan oleh laki-laki yang diceritakan Farida tersebut menjadi acuan dalam mengambil setiap tindakan terhadap pasangannya. Alhasil ia berhasil meminang kekasih hatinya hingga saat ini bahagia membangun keluarga bersama. Hal ini merupakan salah satu contoh sederhana tentang pentingnya data analytics dalam lingkup personal yang kemudian menjadi pemantik diskusi dengan skala yang lebih besar, yakni pengambilan kebijakan oleh pemerintah.
Manajer Komunitas Elitery, Denny Setia Utama sepakat dengan hal yang disampaikan oleh Farida, bahwa data analytics ketika memiliki suplai data yang rapi, akurat, dan dengan jumlah banyak akan memberikan hasil yang positif. Denny yang saat itu berperan sebagai moderator dalam Focus Group Discussion menarik kesimpulan dari diskusi peserta FGD mengungkap betapa pentingnya data.
“Tentu ini (informasi mengenai data) adalah hal yang sangat berharga. Data adalah minyak baru, data is oil, dan juga data adalah alat tukar baru, data is currency”, kata Denny seraya menyamakan pentingnya data di era digital dengan salah satu komoditas yang dinilai sangat penting di muka bumi (minyak).
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta, Ignatius Trihastono dalam paparannya pun menyampaikan betapa pentingnya data. Hal ini ia sampaikan dengan mencontohkan layanan yang dihadirkan melalui Jogja Smart Service (JSS), salah satu contohnya adalah laporan/ aduan warga. Laporan/ aduan warga menjadi terjamin validitas atau kebenarannya karena tertampung melalui aplikasi JSS di mana setiap akun memberikan informasi (data) tentang siapa yang melaporkan hingga citra gambar yang diunggah.
“Dari citra gambar bisa kita simpulkan eskalasi kerusakan yang dilaporkan seperti apa. Misal jalan rusak atau bergelombang, DPUPKP (Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman) menyiapkan peralatan yang diperlukan didasarkan atas data yang tersaji melalui citra visual yang terunggah di laporan/ aduan warga untuk menindaklanjuti laporan,” kata Trihastono.
Trihastono mengungkapkan bahwa berbagai data yang terhimpun baik berupa angka, gambar, hingga video menjadi hal yang penting ke depan. Data-data yang sangat beragam tersebut nantinya diubah menjadi konstruksi data yang kemudian menjadi acuan dalam pengambilan keputusan-keputusan krusial oleh pemerintah.
“Pemerintah pusat menginisiasikan yang disebut dengan pusat data nasional yang menjadi kabar baik bagi pemerintah daerah, selain itu pemda juga bisa berkonsolidasi dengan teman-teman dari Elitery, Google Cloud, atau Narasio Data. Sekaligus ketika data terkonsolidasi kita bisa benar-benar memulai pemerintahan membangun desain kebijakan berbasis data, bukan berbasis asumsi,” jelas Trihastono.
Trihastono dalam mengakhiri paparannya menyampaikan satu pesan bagi peserta FGD yang merupakan anggota APEKSI yakni perwakilan dari setiap pemerintah kota di Indonesia. Pesan penting ini berkaitan dengan lokasi diadakannya kegiatan ini, yakni Kota Yogyakarta, kota dimana Trihastono menjadi tuan rumah.
“Ada fatsun di Kota Yogyakarta yang seyogyanya harus dipenuhi ketika rekan-rekan datang menginap di Kota Yogyakarta. Pamali membawa uang saku, ubah itu menjadi oleh-oleh untuk dibawa pulang”, ujar Trihastono disambut riuh tepuk tangan peserta FGD. (&re)