KIM Jadi Upaya Tangkal Hoaks di Masyarakat

Kotagede - Rangkaian sosialisasi Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian telah berakhir. Sosialisasi terakhir kali ini menyasar warga masyarakat Kelurahan Prenggan. Pembahasan terkait hoaks menjadi topik utama pada kegiatan yang dilakukan di Balai RW 08 Kelurahan Prenggan, Kemantren Kotagede, Kota Yogyakarta, Kamis (15/12).

“KIM adalah Kelompok Informasi Masyarakat yang lahir dengan memiliki dua fungsi yaitu untuk menumbuhkan partisipasi dan untuk menjadi pembangunan. Hal ini juga mengarah ke bagaimana masyarakat bisa menjadi subjek dan ojek dalam pembangunan,” ucap Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian, Edy Sugiharto.

Edy juga berharap dengan melalui grup Whatsapp yang telah dibentuk oleh KIM, masyarakat bisa lebih mudah mendapatkan informasi terkait kebijakan pemerintah. Tak hanya itu, dengan melalui forum KIM ini diharapkan pula informasi yang tersampaikan kepada masyarakat tidak salah sasaran, sehingga dapat meminimalisir terjadinya miss komunikasi.  

Di era perkembangan teknologi yang semakin maju, informasi adalah hal yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu pemerintah membentuk Undang-Undang No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Saat ini siapapun yang ingin mengakses informasi publik diperbolehkan, walaupun tetap ada informasi yang dikecualikan.

“Sadar atau tidak, kita dipaksa untuk melek teknologi. Kekejaman teknologi inilah yang pada akhirnya mendasari ditemukannya KIM,” ungkap anggota Komisi A DPRD Kota Yogyakarta, Indaruwanto Eko Cahyono. 

Menurutnya, ada tiga hal yang manjadi dasar pembentukan KIM. Pertama yakni menjadi media komunikasi yang menjembatani komunikasi pemerintah dan masyarakat serta masyarakat dan masyarakat. Kedua, sebagai media untuk menangkal hoaks atau berita bohong. Dan ketiga adalah untuk meningkatkan ekonomi Indonesia.

Sementara itu Yoseph Hary Wibowo dari Tribun Jogja memaparkan betapa pentingnya menyaring informasi guna membatasi penyebaran hoaks di masyarakat.

“Informasi dapat dikatakan sebagai hoaks apabila yang disampaikan tidak akurat namun pemberi informasi tetap berkeyakinan bahwa informasi tersebut dapat dipercaya,” ucapnya.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat akan membuat aktivitas masyarakat menjadi mudah, salah satunya dalam pencarian informasi. Yoseph pun menjelaskan apabila saat ini telah tersedia situs untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan pengecekan kebenaran informasi.

“Melalui cekfakta.com kita bisa mengecek apakah informasi yang sedang viral merupakan informasi yang sesuai fakta atau bukan. Hal ini akan sangat membantu untuk mengurangi penyebaran hoaks di masyarakat,” pungkasnya. (Wul)